Assalamu'alaykum...............

SUDAHKAH ANDA SHOLAT?

selamat datang

Selamat Datang di ARISTY Store... Istana Maya Tempat Anda Berbelanja

Kamis, 21 April 2011

SURPRISE

“Nduk, bangun!” suara Simbok membangunkanku.
Tidak terasa sudah jam lima pagi, seperti baru satu jam kupejamkan mata. Mungkin karena capai setelah perjalanan dari Jombang kemarin, jadi tidurku nyenyak.
Sudah dua semester aku baru pulang. Selain karena banyak sekali tugas kuliah, juga demi menghemat biaya. Maklum, gaji guru SD seperti Bapakku tidak seberapa, apalagi harus menghidupi istri dan empat orang anak.
Kotak kecil yang kusiapkan sejak satu minggu yang lalu sudah kubungkus rapi layaknya sebuah kado special. Rasa rindu dan bahagia bercampur, hari ini Te We sahabatku SMA berulang tahun. Pasti ia senang kalau aku ke rumahnya nanti, apalagi sudah lama tidak bertemu.
Sengaja aku tidak memberi tahu terlebih dahulu, biar menjadi kejutan di hari ulang tahunnya. Kebetulan ia tidak melanjutkan kuliah, jadi pasti di rumah. Lagi pula sudah satu bulan ini ponselnya tidak bisa di hubungi, mungkin sudah ganti nomor dan lupa memberi kabar. Pokoknya hari ini harus special seperti yang kurencanakan, menghabiskan waktu berdua, bercanda dan menikmati bakso kegemarannya.
Tepat jam sembilan pagi, setelah meminta izin Ibu aku berangkat. Sepeda mini biru yang sudah pudar warnanya menghantarkanku ke Klitik, sebuah desa di Ngawi tempat Te We tinggal yang berjarak 5 Km dari rumahku. Tak ketinggalan bungkusan kado yang telah siap.
***
“Tok… tok.” Nampak wanita paruh baya membukakan pintu.
“Nak, Dwi?”
“Iya, Bu. Te We ada, Bu?”
Wanita itu tak lain adalah Ibu Te We. Ternyata Bu Tini masih ingat denganku. Setelah mempersilahkanku duduk, beliau pun ikut duduk tepat di depanku. Ia nampak terkejut, mungkin terharu melihatku datang berkunjung. Ah, kok aku jadi percaya diri begini ya?
Bu Tini nampak terdiam, kali ini berbeda, wajahnya nampak pucat pasi. Tiba-tiba…
“Te We sudah tidak ada, Nak!”
“Maksud, Ibu?”
Air mata Bu Tini menganak sungai, nampak sekali kesedihan yang mendalam pada dirinya. Aku masih juga belum mengerti apa maksud Bu Tini. Kucoba berdiri dan mendekati beliau.
“Te We sudah meninggal 29 hari yang lalu, Nak.”
Deg, seperti tersambar petir di siang bolong. Truck pengangkut sapi merenggut nyawa Te We saat pergi belanja. Bu Tini berusaha menjelaskan padaku. Dadaku seketika terasa sesak, tanpa kusadari aku telah memeluk Bu Tini dan menangis. Kotak kecil berisi jilbab itu terjatuh.
Belum sempat kuberikan kain penutup kepala yang ia inginkan dariku. Takdir berkata lain, Allah memilihkan kain kafan sebagai penutupnya. Kau selalu menang memberikan surprise.
Hanya gundukan pasir dan nisan bertuliskan nama aslimu yang bisa kulihat. Tri Wahyuni wafat, 25 Februari 2011.

TAa' Collection

Tidak ada komentar:

Posting Komentar